Aksi dua tim pemandu sorak (cheerleader) yakni sekolah Wilmer Hutchins Blue Bells dan James Madison Trojanettes terlibat baku hantam di lapangan football, Dallas, Amerika Serikat, Baku hantam tak bisa terelakkan dipicu aksi saling ejek antar pemandu sorak mendukung tim football. Anehnya lagi, aksi perkelahian antar gadis remaja di lapangan tersebut menyulut para orangtua ikut terlibat bentrok. lasannya, tak terima anaknya dianiaya. Diduga, "biang keladi" utama aksi anarkis itu dipicu satu personel cheerleader.
Dalam tayangan video terlihat, seorang pemandu sorak terlibat aksi saling ejek ke satu pemandu sorak lainnya di tengah lapangan. Sampai tiba-tiba, sepintas terlihat satu diantara mereka memukul bagian kepala belakang. Shamyra Cooper, orangtua yang putrinya bergabung dalam tim pemandu sorak mengatakan, pertarungan dimulai ketika pemandu sorak berusia 13 tahun menolak "menghormati" satu senior dari cheerleader tim lawan. "Ini tak terpuji dan menjadi panas. Aku melompat dari pagar berlari ke lapangan, mencoba menyelamatkan anakku karena saat itu sudah kacau,"
Karrington Wright, kakak dari pemandu sorak berusia 13 tahun yang terlibat bentrok menambahkan, ia ada di tengah lapangan saat kejadian. Karrington mengklaim, adiknya tidak memukul gadis cheerleader lain.
"Saya ada di sana. Aku tahu apa yang terjadi.Dia tidak memukulnya. Dia bukan orang semacam itu. Dia tidak pernah bertengkar. Dia masih kecil," ujarnya. Lebih lanjut disampaikan Karrington, pascakejadian tersebut, adiknya mengalami memar di bibir dan rambutnya rontok.
Mengacu kejadian tersebut, pejabat pengawas sekolah Dallas menyatakan, menghukum kedua tim pemandu sorak dilarang tampil dalam gelaran pertandingan football sampai batas waktu yang tak ditentukan. "Kekerasan pemandu sorak tak bisa diterima. Hukuman ini sesuai untuk mendisiplinkan mereka," ujar pernyataan satu pejabat pengawas sekolah.
Untungnya, tidak ada personel cheerleader yang terluka dalam perkelahian tersebut. Selain itu, dari kedua tim yang terlibat bentrok, tak ada yang diciduk petugas kepolisian.
(sumber)
Dalam tayangan video terlihat, seorang pemandu sorak terlibat aksi saling ejek ke satu pemandu sorak lainnya di tengah lapangan. Sampai tiba-tiba, sepintas terlihat satu diantara mereka memukul bagian kepala belakang. Shamyra Cooper, orangtua yang putrinya bergabung dalam tim pemandu sorak mengatakan, pertarungan dimulai ketika pemandu sorak berusia 13 tahun menolak "menghormati" satu senior dari cheerleader tim lawan. "Ini tak terpuji dan menjadi panas. Aku melompat dari pagar berlari ke lapangan, mencoba menyelamatkan anakku karena saat itu sudah kacau,"
Karrington Wright, kakak dari pemandu sorak berusia 13 tahun yang terlibat bentrok menambahkan, ia ada di tengah lapangan saat kejadian. Karrington mengklaim, adiknya tidak memukul gadis cheerleader lain.
"Saya ada di sana. Aku tahu apa yang terjadi.Dia tidak memukulnya. Dia bukan orang semacam itu. Dia tidak pernah bertengkar. Dia masih kecil," ujarnya. Lebih lanjut disampaikan Karrington, pascakejadian tersebut, adiknya mengalami memar di bibir dan rambutnya rontok.
Mengacu kejadian tersebut, pejabat pengawas sekolah Dallas menyatakan, menghukum kedua tim pemandu sorak dilarang tampil dalam gelaran pertandingan football sampai batas waktu yang tak ditentukan. "Kekerasan pemandu sorak tak bisa diterima. Hukuman ini sesuai untuk mendisiplinkan mereka," ujar pernyataan satu pejabat pengawas sekolah.
Untungnya, tidak ada personel cheerleader yang terluka dalam perkelahian tersebut. Selain itu, dari kedua tim yang terlibat bentrok, tak ada yang diciduk petugas kepolisian.
(sumber)
0 komentar:
Posting Komentar