Ia bukan rasul, bukan nabi, bukan pula malaikat. Namun mengapa namanya diabadikan dalam Alquran yang jadi pegangan hidup kaum muslim sepanjang zaman?
Jika Anda membaca Alquran, tentu akan menemukan surat Luqman dalam urutan ke 31 dalam 114 surat di dalam kitab suci agama Islam tersebut.
Siapakah Luqman? Ia bukan rasul, bukan nabi, bukan pula malaikat. Namun mengapa namanya diabadikan dalam Alquran yang jadi pegangan hidup kaum muslim sepanjang zaman?
Luqman hanya seorang lelaki biasa, namun ia menjalankan tugasnya sebagai ayah luar biasa.
Tokoh Zakat Indonesia Didin Hafidhuddin mengatakan, Luqman adalah seorang yang telah berjasa membangun peradaban dengan mendidik anak-anaknya dengan prinsip tauhid (mengajarkan keesaan Tuhan).
Menurut Didin, kisah Luqman yang terdapat dalam tiga ayat saja dalam Alquran merupakan referensi terbaik bagi para ayah untuk mendidik buah hatinya. Sebab, Luqman merupakan Ayah yang diberkati Allah lantaran ia adalah orang yang sukses mendapatkan hikmah.
"Apa itu orang yang mendapat hikmah, yaitu orang yang senantiasa mencari ilmu. Tapi bukan hanya ilmu yang bernilai secara kognitif melainkan ilmu yang dapat melahirkan keindahan perilaku," ujar Didin dalam tabligh akbar 'Sambut Ramadhan Kokohkan Keluarga Islam dengan Alquran' di Masjid Istiqlal, Selasa 2 Juni 2015.
Perilaku orangtua merupakan hal penting dalam proses pendidikan anak. Karena ibu dan ayah merupakan guru pertama dalam hidup seseorang.
Masih mencontoh kisah Luqman, Didin mengatakan lelaki itu juga mengajarkan kita bagaimana mendidik generasi penerus bangsa dengan cinta dan kasih sayang.
"Disebutkan di Alquran bahwa Luqman senantiasa memanggil anaknya dengan panggilan ya bunayya yang artinya wahai anakku. Itu adalah panggilan yang paling indah," kata Didin.
Dengan memberikan panggilan yang indah kepada anak, mereka akan merasa amat dicintai sehingga ke depannya akan tumbuh menjadi orang-orang yang juga mencintai dan menghormati sesama.
Kisah Luqman juga menggambarkan betapa ia senantiasa melatih anak-anaknya untuk beribadah baik salat dan menerapkan sikap amar ma�ruf nahi munkar.
"Misalnya di rumah sedang ada tamu, mintalah kepada anak kita untuk menyiapkan minuman kepada mereka, bukan menyuruh pembantu rumah tangga atau orangtua. Dengan membiasakan seperti itu, anak akan belajar menghormati tamu, menghargai orang lain serta punya tanggung jawab," tutur Didin.
Didin menekankan, inti dari pendidikan anak sejatinya kembali pada pendidikan aqidah yang diajarkan Alquran. Sesungguhnya manusia akan mendapat keuntungan yang selama ini diusahakan susah payah, yakni kecerdasan akal.
"Anak itu pasti cerdas jika sejak kecil didekatkan dengan Alquran".
(sumber)
0 komentar:
Posting Komentar