Di Hari Raya Kurban seperti sekarang ini mungkin membuatmu penasaran akan satu hal. Yup, pertanyaan besar yang mungkin terbersit dalam benak adalah, apa sih yang dirasakan hewan kurban ini ketika disembelih? Ya, tanpa perlu penjelasan panjang lebar mayoritas pasti akan menjawabnya dengan kalimat yang sama, �Tentu saja sakit�. Kalau dilihat sih memang sangat mengerikan, tapi apakah para hewan kurban tersebut benar merasakan sakit sepertinya harus dikaji ulang.
Percaya atau tidak ternyata apa yang dipercaya selama ini adalah kekeliruan besar. Benar sekali, ternyata hewan kurban yang disembelih itu tidak merasakan sakit apa pun. Tentu saja ini bukan hanya dugaan tanpa dasar saja, ada penelitian yang sudah membuktikan hal tersebut. Lalu, kenapa hal tersebut bisa terjadi? Simak ulasannya berikut.
Tak cuma ingin meneliti kebenaran tentang prosesi penyembelihan ala Islam, Prof Wilhelm juga ingin membandingkannya dengan teknik pemotongan ala barat. Hasil studi perbandingan ini sudah pernah dirilis sang profesor dengan hasil yang sangat jauh berbeda satu sama lain.
Bandingkan dengan cara barat. Pertama, hewan yang disembelih harus melewati tahap �dipingsankan� dengan berbagai cara. Kebanyakan dengan menggunakan senapan listrik atau dibius di bagian kepala. Hal ini tentu saja membuat hewan-hewan merasakan sakit yang luar biasa. Setelah pingsan, barulah hewan tersebut dipotong. Teknik memotongnya sendiri kadang tak sampai memutuskan dua jalur di leher tersebut, secara tak langsung hal tersebut juga makin menyakiti si hewan.
Ketika hewan dipotong dengan cara Islam, menggunakan pisau tajam dan memutuskan dua kerongkongan, EEG tidak mengalami kenaikan alias sama seperti ketika si hewan ini hidup. Kemudian beberapa menit kemudian, angka di EEG makin turun hingga menunjukkan angka 0. Ini sama seperti ketika seseorang mengalami deep sleep atau tidur yang super relaks. Mekanisme pengukuran yang sama juga dilakukan kepada metode penyembelihan ala barat. Seperti yang sempat disinggung, para jagal di barat akan membuat pingsan dulu si hewan tersebut. Alhasil, di EEG angka yang ditunjukkan makin tinggi. Ini bisa diindikasikan jika si hewan merasakan sakit yang luar biasa. Belum cukup dengan itu, ketika si hewan ini disembelih angka EEG-nya pun makin tinggi. Akhirnya dari sini sang profesor berkesimpulan jika cara Islam adalah yang terbaik.
Dibandingkan dengan cara barat, darah yang dikeluarkan hewan yang disembelih sangat sedikit. Alhasil, darah pun membeku di dalam daging dan membuat daging tersebut unhealty atau tidak sehat. Mengonsumsi daging semacam ini pun akan menimbulkan banyak penyakit.
Nah, perihal keluarnya darah ini ternyata juga berhubungan dengan rasa sakit yang dialami hewan tadi. Semakin mereka merasakan sakit, maka jantung tidak bisa memompa darah keluar. Hal ini berkebalikan dengan cara Islami yang terbukti membuat daging bersih dari darah.
Sekarang kita sudah bisa sangat yakin jika penyembelihan dengan tata cara Islam 100 persen aman. Baik untuk kita yang mengonsumsinya nanti, lebih-lebih hewan yang disembelih. Tak heran jika kini banyak rumah-rumah jagal di barat yang mulai mengimplementasikan teknik menyembelih syariah. Hal ini juga menjadi hal yang menakjubkan dimana Rasul dulu tidak perlu melakukan pembuktian seperti Prof Wilhelm untuk mengetahui kebenaran ini.
(sumber)
Percaya atau tidak ternyata apa yang dipercaya selama ini adalah kekeliruan besar. Benar sekali, ternyata hewan kurban yang disembelih itu tidak merasakan sakit apa pun. Tentu saja ini bukan hanya dugaan tanpa dasar saja, ada penelitian yang sudah membuktikan hal tersebut. Lalu, kenapa hal tersebut bisa terjadi? Simak ulasannya berikut.
Penelitian Oleh Prof Wilhelm
Jika kamu belum pernah mendengar nama orang ini, Prof Wilhelm adalah ahli peternakan asal Hannover University yang sudah malang melintang di dunia hewan ternak. Nah, Prof Wilhelm ini ingin membuktikan apakah tata cara penyembelihan Islam benar-benar tidak menimbulkan rasa sakit seperti yang diberitakan itu.Tak cuma ingin meneliti kebenaran tentang prosesi penyembelihan ala Islam, Prof Wilhelm juga ingin membandingkannya dengan teknik pemotongan ala barat. Hasil studi perbandingan ini sudah pernah dirilis sang profesor dengan hasil yang sangat jauh berbeda satu sama lain.
Tata Cara Islam Lebih Manusiawi dan Tidak Menyiksa
Seperti yang kamu tahu, di Islam tata cara penyembelihan dilakukan dengan cara memotong dua jalur di leher, yakni saluran nafas dan juga saluran makanan. Pisaunya sendiri harus yang sangat tajam sehingga bisa memutuskan dua organ tersebut dengan cepat. Belum lagi, Islam juga mengajarkan untuk memanjatkan doa sebelum melakukan pemotongan. Alhasil, hewan yang akan dipotong jauh lebih tenang dan tidak berontak.Bandingkan dengan cara barat. Pertama, hewan yang disembelih harus melewati tahap �dipingsankan� dengan berbagai cara. Kebanyakan dengan menggunakan senapan listrik atau dibius di bagian kepala. Hal ini tentu saja membuat hewan-hewan merasakan sakit yang luar biasa. Setelah pingsan, barulah hewan tersebut dipotong. Teknik memotongnya sendiri kadang tak sampai memutuskan dua jalur di leher tersebut, secara tak langsung hal tersebut juga makin menyakiti si hewan.
Prof Wilhelm Menggunakan Sensor Rasa Sakit dan Hasilnya Mengejutkan
Agar makin menyakinkan jika tata cara penyembelihan ala Islam adalah cara yang benar, kemudian Prof Wilhelm menggunakan alat ukur rasa sakit bernama Electro Encephalograph (EEG ). Benda berbentuk semacam microchip ini ditanamkan di dekat otak si hewan kurban. Kemudian proses penyembelihan dilakukan dan data dari EEG bisa didapatkan.Ketika hewan dipotong dengan cara Islam, menggunakan pisau tajam dan memutuskan dua kerongkongan, EEG tidak mengalami kenaikan alias sama seperti ketika si hewan ini hidup. Kemudian beberapa menit kemudian, angka di EEG makin turun hingga menunjukkan angka 0. Ini sama seperti ketika seseorang mengalami deep sleep atau tidur yang super relaks. Mekanisme pengukuran yang sama juga dilakukan kepada metode penyembelihan ala barat. Seperti yang sempat disinggung, para jagal di barat akan membuat pingsan dulu si hewan tersebut. Alhasil, di EEG angka yang ditunjukkan makin tinggi. Ini bisa diindikasikan jika si hewan merasakan sakit yang luar biasa. Belum cukup dengan itu, ketika si hewan ini disembelih angka EEG-nya pun makin tinggi. Akhirnya dari sini sang profesor berkesimpulan jika cara Islam adalah yang terbaik.
Tak Cuma Bebas Rasa Sakit, Dagingnya Juga Lebih Sehat
Penelitian ini kemudian dikembangkan lagi kepada kualitas daging yang dihasilkan. Lagi-lagi cara Islam menunjukkan hasil yang sangat mencengangkan. Ternyata ada alasan khusus kenapa Nabi Muhammad memerintahkan agar memutuskan dua kerongkongan hewan kurban ketika menyembelih. Selain karena tidak menimbulkan rasa sakit, ternyata juga bisa membuat darah si hewan ini keluar semuanya. Akibat dari darah yang keluar ini adalah daging yang sehat alias healty.Dibandingkan dengan cara barat, darah yang dikeluarkan hewan yang disembelih sangat sedikit. Alhasil, darah pun membeku di dalam daging dan membuat daging tersebut unhealty atau tidak sehat. Mengonsumsi daging semacam ini pun akan menimbulkan banyak penyakit.
Nah, perihal keluarnya darah ini ternyata juga berhubungan dengan rasa sakit yang dialami hewan tadi. Semakin mereka merasakan sakit, maka jantung tidak bisa memompa darah keluar. Hal ini berkebalikan dengan cara Islami yang terbukti membuat daging bersih dari darah.
Sekarang kita sudah bisa sangat yakin jika penyembelihan dengan tata cara Islam 100 persen aman. Baik untuk kita yang mengonsumsinya nanti, lebih-lebih hewan yang disembelih. Tak heran jika kini banyak rumah-rumah jagal di barat yang mulai mengimplementasikan teknik menyembelih syariah. Hal ini juga menjadi hal yang menakjubkan dimana Rasul dulu tidak perlu melakukan pembuktian seperti Prof Wilhelm untuk mengetahui kebenaran ini.
(sumber)
0 komentar:
Posting Komentar